“Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dialah yang memilih kamu dan Dia tidak menjadikan kesulitan untukmu dalam agama…” (QS. Al-Hajj: 78)
kmm.or.id – Ketika dunia kembali berkecamuk—dari Palestina yang terluka, Iran yang bersitegang, hingga Israel yang terus memperkuat hegemoni—banyak dari kita, terutama para pemuda, bertanya: apa yang bisa kita lakukan? Dalam kondisi ketika senjata dikuasai negara, dan perang bukan lagi tentang medan terbuka, apakah jihad masih relevan? Bila ya, jihad yang seperti apa? Di sinilah pentingnya membangkitkan kembali semangat mujahid, namun dalam konteks era baru—era informasi, disinformasi, dan pertarungan narasi global.
Jihad: Lebih Luas dari Sekadar Perang
Dalam khazanah Islam, jihad bukan identik dengan kekerasan atau senjata. Ia adalah perjuangan menyeluruh dalam menegakkan nilai-nilai kebenaran, keadilan, dan kemanusiaan. Bahkan Rasulullah menyebutkan bahwa jihad melawan hawa nafsu adalah jihad yang paling besar. Maka dari itu, menjadi mujahid tidaklah harus berarti angkat senjata.
“Jihad adalah segala bentuk upaya sungguh-sungguh untuk menegakkan Islam, memperbaiki masyarakat, dan menjaga kemuliaan umat manusia.” – Tafsir tematik Muhammadiyah
Muhammadiyah, sebagai gerakan tajdid dan dakwah yang berdiri di atas prinsip amar ma’ruf nahi munkar, telah lama memahami jihad dalam pengertian pencerahan dan pemberdayaan. Membangun sekolah, rumah sakit, media dakwah, bahkan aksi kemanusiaan—semuanya adalah bagian dari jihad yang relevan di zaman ini.
Tantangan Pemuda dalam Era Global Konflik
Pemuda hari ini hidup di tengah dunia yang tidak hanya berisik oleh suara senjata, tetapi juga bising oleh kebohongan, distraksi, dan ideologi destruktif. Dalam konteks konflik seperti di Iran, Israel, dan Palestina, narasi bisa dibolak-balik. Fakta bisa disamarkan. Opini bisa dibeli.
Inilah perang yang tidak terlihat: perang makna, perang persepsi, perang nilai.
Maka tugas pemuda Muslim bukan sekadar menjadi simpatisan emosional di media sosial. Kita harus tumbuh menjadi mujahid intelektual, mujahid spiritual, dan mujahid sosial. Bukan dengan peluru, tetapi dengan ilmu, akhlak, dan kontribusi nyata.
Jihad Era Baru: Pilar Perjuangan Pemuda Muslim
- Jihad Ilmu: Melawan Kebodohan dan Disinformasi
Di tengah banjir informasi, literasi menjadi bentuk jihad. Pemuda Muhammadiyah didorong untuk tidak hanya belajar agama, tetapi juga memahami geopolitik, media, dan sejarah. Ilmu adalah senjata utama di zaman yang membingungkan ini.
- Jihad Akhlak: Melawan Kerasnya Dunia dengan Lembutnya Pribadi
Dunia hari ini keras. Kebencian meluas. Provokasi mudah menyulut. Tapi pemuda Muslim harus jadi pembeda: tetap tenang, santun, adil, dan penuh kasih. Inilah jihad akhlak. Menjadi mujahid bukan berarti menjadi radikal. Justru ia adalah penjaga ketenangan di tengah amarah, penyebar kasih di tengah kebencian.
- Jihad Sosial: Hadir untuk Masyarakat Tertindas
Di Palestina, anak-anak kehilangan keluarga. Di Suriah, pengungsi tak punya tempat pulang. Di Yaman, kelaparan adalah keseharian. Kita mungkin jauh secara geografis, tapi dekat melalui empati dan kontribusi. Donasi, edukasi, advokasi semua itu bagian dari jihad sosial. Pemuda Muhammadiyah sudah semestinya aktif dalam isu kemanusiaan global.
- Jihad Media: Menjadi Suara yang Menyejukkan dan Mencerahkan
Media sosial adalah medan perang hari ini. Maka kita tak bisa diam. Jihad di dunia digital adalah dengan menyebarkan kebenaran, meng-counter hoaks, dan berdakwah dengan narasi yang cerdas dan damai. Jangan biarkan ruang digital hanya dikuasai oleh kebisingan kosong. Hadirkan Islam sebagai solusi bukan hanya lewat dalil, tetapi lewat bahasa yang menyentuh dan argumen yang meyakinkan.
- Jihad Spiritual: Membangun Koneksi Diri dengan Allah di Tengah Dunia yang Lelah
Ketika dunia lelah oleh konflik, hanya kedekatan dengan Allah-lah yang mampu menguatkan hati. Ibadah, dzikir, dan qiyamul lail adalah fondasi spiritual jihad. Karena mujahid sejati tidak berjalan dengan kemarahan, tapi dengan kekuatan cinta dan ridha dari Rabb-nya.
Muhammadiyah dan Etos Perjuangan yang Damai
Muhammadiyah lahir dari rahim umat yang haus kemajuan dan kedamaian. Gerakan ini tidak pernah mengajarkan kekerasan, tapi selalu mengobarkan semangat perjuangan: melawan ketertinggalan, melawan kemiskinan, melawan kebodohan. Pemuda Muhammadiyah harus tampil sebagai solusi, bukan provokasi. Sebagai penyejuk, bukan pemantik amarah. Sebagai penggerak, bukan pengikut. Jadilah mujahid yang membangun bukan menghancurkan.
Perang Tidak Akan Usai, Tapi Kita Harus Siap
Konflik seperti Iran dan Israel mungkin akan terus membara. Tapi itu bukan alasan untuk berpangku tangan. Kita tidak bisa turun ke medan perang, tapi kita bisa menguatkan barisan di medan ilmu, media, dan masyarakat
Karena sejatinya, umat ini butuh lebih banyak pemuda yang berani berpikir jernih dan bertindak bijak. Bukan hanya yang berani marah, tapi yang mampu menyusun masa depan.
Mari kita warisi semangat mujahid bukan lewat senjata, tapi lewat keikhlasan, ilmu, amal, dan akhlak yang mencerahkan dunia.
Tinggalkan Balasan