Ta’aruf di Era Digital: Cinta yang Menjaga, Bukan Menggoda

“Cinta dalam Islam bukanlah sekadar perasaan yang melambung-lambung. Ia adalah amanah. Ia adalah jalan menuju ibadah. Dan ibadah tidak pernah lahir dari jalan yang kotor.” – Buya Hamka.

Di zaman kita ini, tak ada lagi batas ruang dan waktu untuk bertemu. Jarak antara satu hati dan hati yang lain hanya sejauh layar dan koneksi internet. Teknologi mengubah banyak hal termasuk cara pemuda dan pemudi saling mengenal, mencari pasangan hidup, dan menyatakan kesungguhan cinta. Maka muncullah apa yang kini dikenal dengan ta’aruf online.

Sebagian menyambutnya sebagai solusi. Sebagian lagi meragukannya. Tapi mari kita dudukkan perkara ini dengan tenang, dengan hati yang jernih, dan dengan pandangan yang dituntun oleh agama, bukan hanya oleh rasa.

Cinta Itu Tidak Mencuri Pandang, Tapi Menundukkan Pandangan

Dalam Islam, cinta bukan soal curi-curi perhatian. Ia bukan ajang menebar pesona. Cinta adalah tanggung jawab, yang bertumbuh dalam naungan takwa, bukan dalam bayang-bayang nafsu.

Ta’aruf, secara makna, adalah saling mengenal dalam koridor syar’i. Ia bukan pacaran berganti nama. Ia bukan hubungan tanpa arah yang dihaluskan. Ta’aruf adalah proses, bukan pelarian. Ta’aruf adalah kesungguhan, bukan percobaan.

Maka, ketika ta’aruf dilakukan secara daring, yang pertama harus kita tanyakan bukan:
“Apakah ini halal?”
Tapi:
“Apakah ini menjaga kehormatan?”

Karena halal bukan sekadar sah, tapi juga menjaga nilai. Dan Islam bukan hanya soal boleh atau tidak, tapi bagaimana iman terjaga di setiap langkahnya.

Media Boleh Modern, Tapi Adab Harus Kekal

Dalam Muhammadiyah, teknologi bukan musuh. Justru ia adalah alat dakwah dan pengabdian. Tapi nilai tetaplah nilai. Kita tidak membiarkan teknologi menghapus batasan syariat.

  Nasib UMKM di Tahun 2025: Antara Tantangan dan Peluang

Maka, jika ta’aruf dilakukan lewat daring, maka ia harus disertai oleh adab yang tinggi:

  • Niat yang lurus Bukan coba-coba, bukan iseng, apalagi pelarian dari luka lama.
  • Didampingi wali atau pihak ketiga terpercaya Sebab dua insan yang saling tertarik cenderung kehilangan objektivitas.
  • Tidak bertukar pesan yang melemahkan hati Rayuan, gombalan, atau candaan mesra—biarlah hanya hadir setelah akad.
  • Bersedia untuk mundur dengan lapang dada jika tidak sejalan Sebab ta’aruf bukan paksaan, dan cinta tidak tumbuh dari tekanan.

Inilah ajaran Islam cinta yang menjaga, bukan menggoda. Cinta yang memuliakan, bukan merusak.

Bukan Gagal Menikah, Tapi Gagal Menjaga Hati

Di media sosial hari ini, kita mudah menemukan “cerita ta’aruf gagal.” Ada yang berakhir sebelum bertemu, ada yang dibatalkan di tengah jalan. Lalu mereka menyalahkan ta’aruf, menyalahkan orang tua, atau bahkan menyalahkan agama.

Padahal, ta’aruf yang gagal bukan kegagalan cinta, tapi justru bukti bahwa Allah menjaga kita dari pernikahan yang salah. Justru kegagalan sejati adalah ketika kita saling melukai hati, melanggar batas, meninggalkan luka batin, meskipun akhirnya menikah.

Maka ta’aruf bukan janji manis. Ia adalah ikhtiar suci. Bukan tempat bermain, tapi tempat memantaskan diri.

Untuk Pemuda dan Pemudi Muhammadiyah: Jangan Takut Terlihat Berbeda

Hari ini, banyak orang merasa aneh jika tidak pacaran. Mereka anggap ta’aruf itu kuno, kolot, atau kaku. Tapi kebenaran tidak diukur dari jumlah pengikutnya. Kebenaran itu berdiri sendiri, meskipun dunia menolaknya.

Pemuda Muhammadiyah harus berani berbeda. Kita tidak mencari pasangan untuk gaya-gayaan. Kita mencari pasangan untuk berjuang bersama dalam dakwah, dalam hidup, dan dalam akhirat.

Buya Hamka pernah berkata: “Bercinta itu mudah, tetapi memelihara cinta dengan kehormatan dan kesabaran adalah jihad yang besar.”

Jangan Cari yang Sempurna, Tapi Carilah yang Satu Tujuan

Cinta sejati tidak tumbuh dari kesamaan hobi atau selera film. Tapi dari kesamaan arah: sama-sama ingin meniti jalan Allah, sama-sama ingin beribadah lewat pernikahan, sama-sama ingin menjadikan rumah tangga sebagai ladang pahala.

  Pekerjaan yang Sedang Hits di Kalangan Gen Z: Mewujudkan Kreativitas untuk Kebaikan Umat

Ta’aruf online bukan hal yang haram. Tapi ia menjadi berbahaya jika kita longgarkan nilai dan adabnya. Maka bukan media yang harus disalahkan, tapi cara kita menggunakannya.

Semoga para pemuda dan pemudi kita bukan hanya mencari jodoh,
tetapi menjadi jodoh yang dirindukan karena menjaga diri, menjaga hati, dan menjaga Allah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *